Sabtu, 24 November 2018

Gurat Merah Senja

Semua masih terlihat sama. Kemacetan ini membuatku menepis sedikit peluh keringat di dahi. Sungguh gila, jakarta kapan berubah?

Berbagai jenis manusia berlalu lalang dengan kegiatan masing-masing. Mataku masih terus menatap setiap inci titik kota ini.
Kota yang membuatku kembali merasakan detakan itu lagi
Dan semua tentangnya berawal dari sini. Di kota ini.

Laju mobil berhenti secara perlahan, disebuah rumah dengan cat tembok yang sudah sedikit pudar. Namun, masih terlihat sejuk.
Aku menyeka buliran air yang jatuh di pipiku. Semua tentangnya, masih membuat yang didalam sini berdetak tak karuan. Bahkan, hanya dengan melihat rumahnya saja.

Ini sudah cukup lama, namun nyatanya apa yang telah dia berikan selama ini cukup berpengaruh dalam hidupku sampai saat ini.

Semua tentang dia, masih tersusun rapih didalam sini.
Karena...
Dia, yang telah mengambil seluruh isi hatiku mulai senja itu, ditemani dengan secangkir kopi favoritnya.

Dengan perlahan, tanganku bergerak membuka pagar hitam yang sudah berkarat itu.
Setelahnya aku hanya bisa berdiri kaku menatap kosong pintu rumah di depanku saat ini.

"Hay Gha.. kamu, apa kabar?".







Sabtu, 04 Agustus 2018

Tertatih

Untukmu jiwa yang teguh tapi ternyata rapuh, bertahanlah untuk sesuatu apapun yang sedang kau tempuh. Kala dimana mereka meneriaki kata benci, lemparlah dengan sebuah senyuman secerah mentari pagi.

Untukmu jiwa yang diam-diam terisak hebat, lupakan segala ucapan penimbul luka yang pernah melekat. Buatlah mereka melihat, bahwa kau masih salah satu dari jiwa yang kuat.

Untukmu jiwa yang merunduk dikesunyian pagi tiada henti, dengan segala pengharapan yang diingini. Semesta akan merengkuhmu dengan syahdu, diiringi doa ibu bersama bonus seseorang yang akan menjadi satu denganmu di satu waktu.


       
                                                           

Sabtu, 12 Mei 2018

Bukan aku, tapi dia!

Dibawah rintik hujan, logika tetap berkelana kepada seseorang yang terus berputar dikepala. Kilasan memori seakan kembali menyapa, tentang kita yang tak lagi ada. 
Aku yang terluka, masih keras kepala bahwa kamu bukanlah penyebabnya. 
Entah, untuk yang keberapa kalinya meyakinkan bahwa semua bukanlah sekedar jeda.
Aku adalah wanita yang tau diri dan itu selalu aku katakan pada siapapun yang aku sayangi. Aku tak pernah membuatmu terbebani karena aku mencoba mengerti, bahwa aku tidak harus menjadi opsi pertama yang harus kamu dahului.  Hingga sampai di satu titik sadar dimana ini adalah aku yang tak mengerti atau kamu yang pandai membodohi?

Meredam isak, menahan gemetar dan tersenyum getir. Ketika matamu melihatku, pada kenyataannya hati dan bibirmu mendoakan dia 







Selasa, 27 Maret 2018

MEREKA

Dunia tak seramah mereka yang mempunyai hati, kadang aku iri tapi disatu sisi aku harus tau diri. Menapaki jejak hidup sendiri membawa aku berada pada titik untuk selalu mensyukuri apa yang telah dimiliki.

Dunia tidak adil ? (kata mereka)
Menurut aku?  Jelas iya..
Tapi semesta selalu memberikan pengharapan. Dengan cara-cara instan yang selalu membuatku terkesan.
Cukuplah bergantung pada pengharapan kecil.

HADIR LALU MENETAP

Sang angin saling berpacu
Memburu sosok mata sehitam jelaga yang berdiri kaku
Bayangan itu terpancar abu-abu
Menggelitik hati terasa pilu
Lancang diri memandangi
Tersenyum getir seperti memegang duri
Aku masih disini..
Di tempat ini Ketika logika menuntut untuk pergi
Hati tetap mendominasi
Meyakini perputaran waktu
Ia, akan berbaik hati
Melangkah kemari
Menggenggam jemari
Lantas berjanji
Bahwa aku tak akan lagi sendiri.

Kita adalah dua karsa yang bahkan tak berhak untuk sekadar melontarkan kalimat rindu, karena yang kita butuhkan lebih dulu adalah sebuah te...