Sabtu, 24 November 2018

Gurat Merah Senja

Semua masih terlihat sama. Kemacetan ini membuatku menepis sedikit peluh keringat di dahi. Sungguh gila, jakarta kapan berubah?

Berbagai jenis manusia berlalu lalang dengan kegiatan masing-masing. Mataku masih terus menatap setiap inci titik kota ini.
Kota yang membuatku kembali merasakan detakan itu lagi
Dan semua tentangnya berawal dari sini. Di kota ini.

Laju mobil berhenti secara perlahan, disebuah rumah dengan cat tembok yang sudah sedikit pudar. Namun, masih terlihat sejuk.
Aku menyeka buliran air yang jatuh di pipiku. Semua tentangnya, masih membuat yang didalam sini berdetak tak karuan. Bahkan, hanya dengan melihat rumahnya saja.

Ini sudah cukup lama, namun nyatanya apa yang telah dia berikan selama ini cukup berpengaruh dalam hidupku sampai saat ini.

Semua tentang dia, masih tersusun rapih didalam sini.
Karena...
Dia, yang telah mengambil seluruh isi hatiku mulai senja itu, ditemani dengan secangkir kopi favoritnya.

Dengan perlahan, tanganku bergerak membuka pagar hitam yang sudah berkarat itu.
Setelahnya aku hanya bisa berdiri kaku menatap kosong pintu rumah di depanku saat ini.

"Hay Gha.. kamu, apa kabar?".







Kita adalah dua karsa yang bahkan tak berhak untuk sekadar melontarkan kalimat rindu, karena yang kita butuhkan lebih dulu adalah sebuah te...