Untukmu jiwa yang teguh tapi ternyata rapuh, bertahanlah untuk sesuatu apapun yang sedang kau tempuh. Kala dimana mereka meneriaki kata benci, lemparlah dengan sebuah senyuman secerah mentari pagi.
Untukmu jiwa yang diam-diam terisak hebat, lupakan segala ucapan penimbul luka yang pernah melekat. Buatlah mereka melihat, bahwa kau masih salah satu dari jiwa yang kuat.
Untukmu jiwa yang merunduk dikesunyian pagi tiada henti, dengan segala pengharapan yang diingini. Semesta akan merengkuhmu dengan syahdu, diiringi doa ibu bersama bonus seseorang yang akan menjadi satu denganmu di satu waktu.
Sabtu, 04 Agustus 2018
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Kita adalah dua karsa yang bahkan tak berhak untuk sekadar melontarkan kalimat rindu, karena yang kita butuhkan lebih dulu adalah sebuah te...
-
Bunyi gemericik air hujan dan segelas green tea menemaniku duduk bersila di teras rumah sambil memandangi kertas origami didepanku. Hawa din...
-
Kita adalah dua karsa yang bahkan tak berhak untuk sekadar melontarkan kalimat rindu, karena yang kita butuhkan lebih dulu adalah sebuah te...
-
Dibawah rintik hujan, logika tetap berkelana kepada seseorang yang terus berputar dikepala. Kilasan memori seakan kembali menyapa, tentang k...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar