Di antara hamparan pasir dan air tanpa sekat. Aku melihatnya, dia yang memiliki mata sehitam jelaga, rambut yang sepekat malam dan senyum yang setentram temaram.
Melangkahkan kakinya mendekat lalu menggenggam tangan, menuntun ku berjalan sambil sesekali bertanya "kamu bahagia?" , hal yang seharusnya tak perlu dia tanyakan.
Karena ketika pertama kali semesta mempertemukan kita, aku meyakinkan pada diri bahwa sudah tak ada lagi pilihan.
Sebab yang perlu dilakukan selanjutnya adalah bagaimana kita merangkai masa depan, membuat setiap perjalan hidup kita berkesan meskipun tidak akan semulus yang diharapkan, kita harus tetap saling berpegangan. Meskipun nanti hari-hari mu akan bising karena cerewetku atau sesekali akan berubah senyap karena aku fokus membaca buku, begitu diam sampai kadang malas berucap. Tapi kita akan selalu berakhir dengan saling mendekap erat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar